BONSAI MAUMERE

Posted by bysikka4u on Selasa, 05 Mei 2009 |


Menurut cerita, bonsai mulai dikenal di Kabupaten Sikka pada abad 20. Ketika itu pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, namun bonsai kala itu lebih di dominasi tanaman beringin. Pasalnya, Kabupaten Sikka dengan beringin sebagai tanaman yang paling gampang dibuat bonsai.

Baru sekitar 30 an tahun belakangan ini, bonsai di Kabupaten Sikka mulai lebih dikembangkan lagi dengan jenis tanaman lokal lainnya. Seperti asam, sentigi, dan jenis tanaman lainnya.

Saat ini di Kabupaten Sikka sudah ada banyak orang yang mulai menekuni seni tanaman kerdil, bonsai. Walau hanya dengan bekal pengetahuan tentang bonsai yang seadanya, namun menekuni bonsai tetap dilakoni.

Yang namanya hobi dengan rasa ingin tahu yang tinggi, tentunya tidak dapat terbendungi lagi oleh siapa dan apapun. Menggali informasi dari kalangan masyarakat petani perihal menanam bakalan bonsai yang diambil menjadi langka awal para hobbis. Selanjutnya mulai menggali informasi dari buku yang ditulis para pakar bonsai dan dari internet. Serta di antara para pencinta bonsai yang ada di Sikka mulai saling berbagi informasi tentang bonsai.

Coba – coba merupakan teknik belajar yang paling seirng dilakukan para pecinta bonsai di Kabupaten Sikka. Resiko dari dari metode belajar coba – coba ini adalah banyaknya bakalan bonsai yang bagus dan unik jadi korban, mati.

Di Maumere Kabupaten Sikka dan di NTT umumnya, ada banyak tanaman yang bisa dijadikan bonsai. Antara lain ; asam, beringin, serut, murbei, sentigi, kelapa, enau, palma, rimba, sarang semut, kamboja, bakau, delima, pandan hutan (pandan bali), teh hutan (hokian tea) dan masih banyak lainnya.

Harga bonsai di Maumere masih relative belum ada harga pasaran yang jelas, walau demikian sudah banyak bonsai para hobbis yang laku terjual. Harga yang ada berkisar dari Rp. 25.000 hingga jutaan rupiah, tergantung pada besar kecilnya. Bukan pada model dan bentuk bonsai seperti yang berlaku di NTB. Bali dan Jawa.

Padahal kalau dilihat dari model dan bentuknya, bonsai yang ada di Maumere tidak kalah bersaingnya dengan model – model bonsai yang ada di NTB, Bali dan Jawa. Yang kalah dari para pebonsai Maumere adalah pengetahuan soal bonsai. Itu saja.

Selain masalah harga, yang juga memrihatinkan adalah penggunaan media pot untuk bonsai yang kurang bahkan tidak seimbang sama sekali. Sehingga terlihat menarik tapi tidak sesuai antara pot dan bonsai.

Di Maumere dikenal dengan istilah asal tanam, maksudnya bakalan bonsai ditanam begitu saja di media pot dari ember dan baskom bekas, itulah sebabnya sehingga ada kesan ketidakseimbangan antara pot dan bonsai yang di tanam.

Namun demikian, para pembonsai yang ada di Sikka tetap optimis dan sangat yakin bahwa suatu saat bonsai dari Maumere akan masuk dan bersaing di tingkat nasional bahkan internasional.****